Minggu, 02 September 2012

tentang aborsi

Apa itu Aborsi? “Tempat yang paling berbahaya di dunia adalah dalam rahim.” ~ Kardinal Sin, Filipina Dunia dalam cengkeraman maut! Dunia tidak hanya telah diporak-porandakan oleh peperangan politis, keberingasan kriminal ataupun ketergantungan akan obat bius, tetapi juga datang dari jutaan ibu yang mengakhiri hidup janinnya. Aborsi telah menjadi penghancur kehidupan umat manusia terbesar sepanjang sejarah dunia. Hasil riset Allan Guttmacher Institute (1989) melaporkan bahwa setiap tahun sekitar 55 juta bayi digugurkan. Angka ini memberikan bukti bahwa setiap hari 150.658 bayi dibunuh, atau setiap menit 105 nyawa bayi direnggut sewaktu masih dalam kandungan. Janin : Manusia dalam Rahim Pengguguran kandungan alias aborsi (abortus, bahasa Latin) secara umum dapat dipilah dalam dua kategori, yakni aborsi alami (abortus natural) dan aborsi buatan (abortus provocatus), yang termasuk di dalamnya abortus provocatus criminalis, yang merupakan tindak kejahatan dan dilarang di Indonesia (diatur dalam pasal 15 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992). Aborsi tidak hanya dilakukan oleh para wanita berstatus istri yang bermaksud menghentikan kelangsungan kandungannya, tetapi juga banyak penyandang hamil pra-nikah melakukannya. Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan terhadap hakikat kapan kehidupan anak manusia dimulai. Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius, etika, moral dan ilmiah serta secara spesifik sebagai masalah biologi. Para pakar biologi telah lama mempertentangkan kapan kehidupan manusia dimulai. Kini ilmu pengetahuan modern telah sampai pada suatu kesimpulan bahwa kehidupan manusia dimulai pada saat terjadinya pembuahan. Ini merupakan fakta ilmiah, bukan pernyataan filosofis, dugaan spekulatif ataupun sebuah teori. Fakta bahwa kehidupan manusia dimulai pada saat terjadi pembuahan adalah kenyataan yang telah terbukti dan tak dapat disangkal. Pada bulan Oktober 1971, sebuah kelompok terdiri dari 220 dokter terkemuka dan para guru besar menyampaikan laporan ilmiah amicus curiae kepada Dewan Pengadilan Tinggi Amerika Serikat. Laporan tersebut menunjukkan bahwa suatu siklus pembentukan pribadi manusia terjadi saat pembuahan. Laporan ilmiah ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan modern yang meliputi embriologi, fetologi, genetika, perinatologi dan biologi telah membuktikan terbentuknya kepribadian dari seorang manusia yang masih berada dalam kandungan. Pernyataan ilmiah ini didukung oleh fakta, di mana sebuah janin saat memasuki minggu ketujuh sudah menunjukkan bentuk dan bagian organ tubuh dari manusia dewasa. Susunan otak janin telah menyerupai stuktur otak manusia dewasa yang dapat mengirimkan rangsangan untuk mengkoordinasi fungsi organ tubuh lainnya. Jantungnya mulai berdenyut dengan kuat. Perutnya sudah dapat memproduksi cairan pencernaan. Hatinya membuat sel-sel darah dan ginjalnya mulai berfungsi menyaring asam urine dari darah janin. Otot-otot lengan dan tubuhnya juga sudah dapat bergerak. Setelah minggu kedelapan sudah sepenuhnya menjadi bayi. Dunia medis telah berhasil pula mengembangkan teknologi kedokteran modern yang mampu membuktikan bahwa kehidupan manusia dimulai pada saat terjadi pembuahan. Teknologi ultrasound telah berhasil menjadi peralatan medis yang mampu memotret keadaan dalam rahim. Teknologi ini memungkinkan manusia benar-benar dapat melihat bayi dalam kandungan. Ultrasound memberikan gambar yang jelas dan tepat, memungkinkan untuk melihat bagaimana bayi menghela nafas, menggerak-gerakkan tubuhnya, kencing dan segala sesuatu yang terjadi dalam kandungan. Kini teknologi ultrasound yang lebih canggih, yakni transvaginal sonography sudah mampu melihat jantung bayi yang berdenyut pada usia sekitar 3-3½ minggu. Pakar medis kini berhasil membuka mata dunia bahwa janin adalah manusia yang hidup, dan bukan bagian dari tubuh seorang ibu. Secara biologis di dalam kehamilan terdapat dua tubuh yang berbeda. Bukti adanya dua tubuh yang berlainan dapat dilihat dari kenyataan yang menunjukkan banyak wanita yang golongan darahnya berbeda dengan golongan darah bayinya. Secara medis tidak mungkin suatu tubuh mempunyai dua golongan darah yang sama sekali berbeda. Demikian pula seorang ibu dapat mengandung seorang anak laki- laki. Suatu kenyataan ilmiah bahwa makhluk kecil dalam rahim ibu memiliki sidik jari, tangan, kaki, kulit, mata, telinga dan alat kelamin yang bukan milik ibunya. Ia memiliki sendiri paru-paru, ginjal, darah, jantung dan sirkulasi yang bukan milik ibunya. Ia memiliki sendiri mulut, perut dan pencernaan yang bukan milik ibunya. Fakta ini menjelaskan bahwa janin bukan bagian dari tubuh ibunya. Janin adalah manusia dalam rahim. Aborsi : Pembunuhan yang Biadab Aborsi sering ditempuh dengan berbagai macam cara, mulai dari ramuan jamu, mantra, pemijatan dukun beranak hingga jasa dokter kandungan tertentu yang berkedok klinik keluarga berencana dengan teknologi canggih. Semuanya membersitkan kebiadaban, kengerian dan kesakitan yang tak terkira. “Aku berteriak keras-keras, sebab sakitnya tak terkira. Ingin rasanya meronta, tapi seluruh persendianku lemas,” demikian pengakuan seorang gadis belia yang pernah datang kepada seorang dukun untuk melakukan aborsi. Gadis ini diberi ramuan jamu yang amat pahit, setelah itu sekitar lima menit sang dukun menginjak-injak perutnya, kemudian mengurut-urut perut itu. “Lalu, aku merasakan ada cairan dingin mengalir di sela-sela paha. Aku tak sempat melihat dukun itu membersihkan gumpalan darah yang berserak di antara paha.” Dr. Bernard Nathanson yang dikenal sebagai Raja Aborsi telah memimpin lebih dari 60.000 pengguguran kandungan. Kini, secara radikal dia menentang aborsi. Teknologi medis modern telah mengubah pendiriannya yang pro-aborsi, untuk menerima kenyataan bahwa janin benar-benar manusia yang hidup, bukan sekedar gumpalan daging dan darah dalam kandungan ibu. Diduga, salah satu penyebab toleransi terhadap aborsi adalah karena kita tidak dapat melihat penderitaan mahkluk kecil di dalam rahim ibu. Apa yang sebenamya terjadi selama aborsi? Film “The Silent Scream” di Amerika Serikat begitu kontroversial dan membangkitkan emosi banyak orang. Film ini menggunakan teknologi sonography yang canggih, sehingga dapat merekam secara jelas terjadinya aborsi dalam rahim. Dalam film ini dipertunjukkan akibat-akibat dari aborsi yang diderita janin perempuan berusia 11 minggu. Ddalam rahim, janin itu meronta-ronta sekuat tenaga untuk menahan alat penghisap yang mencabut kepalanya. Selang beberapa waktu kemudian, janin perempuan itu mati terpotong-potong dan kepalanya hancur, kemudian bagian-bagian tubuhnya terhisap keluar. Tak seorang pun yang menyaksikan film ini akan menyatakan lagi bahwa janin yang digugurkan tidak sakit. Janin itu mengalami penderitaan yang sangat luar biasa. Aborsi semacam ini dikenal sebagai curet sedot (suction curettage). Kekuatan alat penghisap itu mencabik-cabik dan melibas tubuh janin itu sampai hancur, hingga akhirnya hanya tinggal kepala yang sangat kecil. Dalam beberapa kasus aborsi, kepala bayi kadang terlalu besar untuk dapat melewati pipa penghisap, karenanya orang yang membantu aborsi akan memasukkan tang ke dalam rahim. Dengan menggunakan tang, kepala bayi dalam rahim yang masih mengambang dapat dicengkeram dan kemudian dihancurkan menjadi potongan kecil agar dapat melewati tabung penghisap. Dr. Bernard Nathanson mengungkapkan, “Bayi itu dengan mudah dapat dihancurkan dan dikeluarkan melalui mesin penghisap bagaikan onggokan daging cincang. Ketika tabung penghisap berputar dalam rahim, selaput cairan di sekeliling janin dengan cepat terhisap habis dan makhluk kecil itu akan segera tercabik-cabik. Akhirnya, ari-ari yang berhubungan dengan dinding rahim pun terlepas.” Dokter yang pernah membantu aborsi tidak akan tahan menyaksikan film itu sampai akhir. Setelah penayangan film tersebut, banyak dokter yang tidak bersedia lagi membantu aborsi, meskipun telah melakukannya beribu kali sebelumnya. Aborsi merupakan pembunuhan yang biadab. John T. Noonan, Jr, seorang guru besar Fakultas Hukum di Universitas California memaparkan bagaimana aborsi telah menyakiti anak yang belum lahir. “Apakah semuanya ini menyakitkan? Bagaikan menggunakan sebilah pisau tajam untuk menyayat kulit dan urat daging, pemakaian alat penyedot mendatangkan rasa sakit luar biasa yang benar-benar mematikan pada sang bayi. Proses penghancuran ini memakan waktu sekitar 10 menit. Demikian pula pemakaian larutan garam hipertonik (Hypertonic Saline Solution) dalam aborsi juga mendatangkan rasa sakit teramat hebat. Larutan ini mulai bekerja menyayat tubuh bayi sekitar dua jam hingga jantung janin benar-benar berhenti.” Cara apa pun yang digunakan, anak yang belum lahir tersebut telah mengalami penganiayaan teramat keji sebelum kehidupan mereka berakhir. Mereka telah mengalami kesakitan yang mematikan. Namun semua rasa sakit dan penderitaan mahluk kecil ini tak dapat dilihat langsung dengan mata telanjang, karenanya tidaklah mengherankan kebiadaban aborsi masih terus berlanjut. Anak-anak tersebut dibunuh dengan cara yang teramat kejam. Masalahnya bukan terletak pada penderitaan mereka. Masalah utama yang sebenarnya, anak-anak tersebut direnggut nyawanya pada saat mereka baru memulai kehidupannya. Aborsi tidak hanya menimbulkan penderitaan dan kematian janin dalam rahim. Aborsi juga mengancam keselamatan hidup wanita yang menggugurkan kandungannya. Sejarah menunjukkan bahwa para wanita yang pernah melakukan aborsi kini mengalami gangguan psikologis, mental rohani dan risiko jasmani. Depresi, gangguan kejiwaan dan kematian sang ibu tak jarang menjadi akhir sebuah upaya aborsi. Aborsi juga menimbulkan sejumlah cacat tubuh seperti pendarahan, sobeknya leher rahim, perforasi pada kandungan, usus maupun kandung kemih. Aborsi adakalanya mendatangkan penyakit-penyakit yang tak terduga sebelumnya, seperti anemia, radang selaput perut, radang urat darah ataupun radang panggul yang berkaitan dengan terjadinya kemandulan. Begitu banyak wanita yang pernah mengalami masalah serius tersebut, kini berada dalam penyesalan dan rasa berdosa yang tak dapat dimaafkannya sendiri. Semua kenyataan tersebut tak pernah terbayangkan sebelumnya. Aborsi telah menghancurkan kehidupan masa depan sejumlah wanita. Para wanita malang ini membutuhkan pertolongan, pertobatan dan keselamatan. Sumber Acuan : 1. John Ankerberg - John Weldon, 1995; The Facts On Abortion: Answers from Science and the Bible about When Life Begins; Harvest House Publishers, Eugene, Oregon. 2. Sheila Kitzinger, 1994; Being Born; Dorling Kindersley, London. 3. Matra No. 112 November 1995 Artikel di atas dikutip dari : “Salahkah aku mama?” yang diterbitkan khusus untuk pelayanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar